Ratusan orang mendatangi kantor PT Cipta Griya Sarana Asri di Batakan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (22/7/2011), untuk mengambil formulir pendaftaran kepemilikan rumah murah yang per unitnya Rp 26 juta.
Hingga kemarin, sudah 4.000 lebih peminat mendaftar. Namun, hanya disediakan 1.000 unit rumah. Terhadap perumahan ini, Pemkot Balikpapan, berhati-hati menyikapi.
Sejak mengumumkan pembangunan rumah rumah tersebut, beberapa pekan lalu, PT Cipta Developer rumah murah itu, langsung kebanjiran peminat. Bagi masyarakat miskin di Balikpapan, harga Rp 26 juta itu seperti harga dongeng. Walau lokasi perumahan di perbukitan dan jauh dari pusat kota, hal itu bukan masalah.
Karel Soekma Jaya, Direktur Utama PT Cipta Griya Sarana Asri mengakui, merealisasikan rumah tipe 36 seharga Rp 26 juta ini memang seakan tak masuk akal. Ia juga mengatakan, secara kalkulasi pihaknya memang rugi, karena luas tanah untuk 1.000 unit ini sekitar 1,4 hektar.
Namun, ada tujuan developer tersebut membangun rumah murah untuk non-PNS ini. Yakni, menunjukkan bahwa ada developer berani dan bisa membangun rumah untuk warga miskin. Syaratnya pun mudah, antara lain gaji per bulan di bawah Rp 2 juta, sudah berkeluarga, dan belum memiliki rumah. Bahkan, tidak ada uang muka. Untuk cicilan per bulan juga hanya Rp 300.000.
"Kami hanya berharap, jika pembuatan rumah ini berhasil, maka Pemkot akan melihat kami serius, mau, dan mampu jika mendapat kesempatan membangun rumah murah berikutnya. Dan, kami bisa mendapat kesempatan untuk itu," ujar Karel.
Adapun rangka rumah bertipe 36 di atas lahan 108 meter persegi ini terbuat dari baja ringan model knock down. Dindingnya dari fiber semen (kalsibot), sedangkan atapnya genteng metal. Untuk listrik akan dipasangi 900 watt, sementara air bersih akan dibangun instalasi pengolahan air, karena tidak ada jaringan PDAM.
Untuk meminimalkan kerugian, akan sedikit ditutup dari penjualan 3.000 unit rumah yang lokasinya berdekatan dengan 1.000 unit rumah murah tersebut dan juga sisa keuntungan harga rumah. Namun, itu belum menutup kalkulasi rugi untuk rumah murah yang dikategorikan sebagai rumah sejahtera tapak (RST) ini.
"Kami berharap ada bantuan stimulan pemerintah pusat untuk prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)," ujar Karel.
Selalu PNS
Lokasi perumahan tersebut sejauh 20 km dari pusat kota. Terletak di perbukitan dan berjarak 2 km dari jalan raya. Separuh dari jalan ini masih berupa tanah. Harga murah tak pelak melambungkan harapan para warga.
Hamdani Shodiq (34), karyawan sebuah yayasan di Gunung Guntur, Balikpapan misalnya, berharap lolos persyaratan. Semua rumah murah selalu untuk PNS," ujar Hamdani.
Kepala Bidang Perumahan Dinas Tata Kota Balikpapan Heri Misnoto memberi apresiasi bagi pengembang itu. Namun, ia mengingatkan bahwa masyarakat sebaiknya memastikan segala hal, mulai dari izin, hingga sarana-prasarana. Ia mempertanyakan proses seleksi dan aspek perbankan rumah tersebut.
"Pemerintah pusat memang telah meluncurkan program rumah murah, namun belum ada landasan hukum maupun petunjuk teknisnya. Developer itu sudah mengajukan proposal ke kami, namun belum ada presentasi perumahan ke kami," ujarnya.
Hingga kemarin, sudah 4.000 lebih peminat mendaftar. Namun, hanya disediakan 1.000 unit rumah. Terhadap perumahan ini, Pemkot Balikpapan, berhati-hati menyikapi.
Sejak mengumumkan pembangunan rumah rumah tersebut, beberapa pekan lalu, PT Cipta Developer rumah murah itu, langsung kebanjiran peminat. Bagi masyarakat miskin di Balikpapan, harga Rp 26 juta itu seperti harga dongeng. Walau lokasi perumahan di perbukitan dan jauh dari pusat kota, hal itu bukan masalah.
Karel Soekma Jaya, Direktur Utama PT Cipta Griya Sarana Asri mengakui, merealisasikan rumah tipe 36 seharga Rp 26 juta ini memang seakan tak masuk akal. Ia juga mengatakan, secara kalkulasi pihaknya memang rugi, karena luas tanah untuk 1.000 unit ini sekitar 1,4 hektar.
Namun, ada tujuan developer tersebut membangun rumah murah untuk non-PNS ini. Yakni, menunjukkan bahwa ada developer berani dan bisa membangun rumah untuk warga miskin. Syaratnya pun mudah, antara lain gaji per bulan di bawah Rp 2 juta, sudah berkeluarga, dan belum memiliki rumah. Bahkan, tidak ada uang muka. Untuk cicilan per bulan juga hanya Rp 300.000.
"Kami hanya berharap, jika pembuatan rumah ini berhasil, maka Pemkot akan melihat kami serius, mau, dan mampu jika mendapat kesempatan membangun rumah murah berikutnya. Dan, kami bisa mendapat kesempatan untuk itu," ujar Karel.
Adapun rangka rumah bertipe 36 di atas lahan 108 meter persegi ini terbuat dari baja ringan model knock down. Dindingnya dari fiber semen (kalsibot), sedangkan atapnya genteng metal. Untuk listrik akan dipasangi 900 watt, sementara air bersih akan dibangun instalasi pengolahan air, karena tidak ada jaringan PDAM.
Untuk meminimalkan kerugian, akan sedikit ditutup dari penjualan 3.000 unit rumah yang lokasinya berdekatan dengan 1.000 unit rumah murah tersebut dan juga sisa keuntungan harga rumah. Namun, itu belum menutup kalkulasi rugi untuk rumah murah yang dikategorikan sebagai rumah sejahtera tapak (RST) ini.
"Kami berharap ada bantuan stimulan pemerintah pusat untuk prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)," ujar Karel.
Selalu PNS
Lokasi perumahan tersebut sejauh 20 km dari pusat kota. Terletak di perbukitan dan berjarak 2 km dari jalan raya. Separuh dari jalan ini masih berupa tanah. Harga murah tak pelak melambungkan harapan para warga.
Hamdani Shodiq (34), karyawan sebuah yayasan di Gunung Guntur, Balikpapan misalnya, berharap lolos persyaratan. Semua rumah murah selalu untuk PNS," ujar Hamdani.
Kepala Bidang Perumahan Dinas Tata Kota Balikpapan Heri Misnoto memberi apresiasi bagi pengembang itu. Namun, ia mengingatkan bahwa masyarakat sebaiknya memastikan segala hal, mulai dari izin, hingga sarana-prasarana. Ia mempertanyakan proses seleksi dan aspek perbankan rumah tersebut.
"Pemerintah pusat memang telah meluncurkan program rumah murah, namun belum ada landasan hukum maupun petunjuk teknisnya. Developer itu sudah mengajukan proposal ke kami, namun belum ada presentasi perumahan ke kami," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar