Peran Penggunaan Mind Map dalam Lembaga Pendidikan

 BAB I

PENDAHULUAN
Pendidikan di sekolah harus mampu mendorong anak-anak bisa menggunakan potensi otak mereka yang luar biasa secara maksimal. Pengembangan potensi otak anak ini harus serentak antara otak kanan dan otak kiri untuk mengembangkan berbagai kemampuan intelegensia atau multiple intelligence yang dibutuhkan di masa depan.
“Anak-anak harus didorong untuk menggunakan otaknya. Sebab, dari hasil penelitian ternyata penggunaan otak manusia untuk mengingat, belajar, dan kreatif kurang dari satu persen. Guru harus mengupayakan agar bisa memunculkan 99 persen potensi otak anak itu,” kata Tony Buzan, pencipta Mind Map.
Menurut Buzan, guru punya peran penting bagi masa depan peradaban dunia dengan menyiapkan anak-anak didik yang mampu menggunakan kedua belah otaknya untuk bisa mengembangkan pengetahuan.
Pendidikan dewasa ini perlu membekali siswa dengan delapan kemampuan intelektual, yakni kepintaran verbal, angka-angka, kreatif, sosial, personal, sensori, fisik, dan etika spiritual.
Saat ini lebih dari 500 juta orang di dunia menggunakan teknik pemetaan pikiran untuk pembelajaran maupun bisnis. Pemetaan pikiran ini, kata Buzan, bermanfaat untuk pembelajaran, kecepatan, kemampuan berpikir yang lebih terstruktur. Juga akan mendorong terciptanya kreativitas, ide-ide cemerlang, solusi inspiratif penyelesaian masalah, bahkan cara baru memotivasi diri dan orang lain.
“Indonesia punya potensi luar biasa untuk meningkatkan kualitas manusianya lewat pendidikan mengoptimalkan kedua belahan otaknya”.[1]
Namun, apakah pembelajaran dengan menggunakan peta pikiran akan lebih baik dari pada tidak menggunakan peta pikiran? Dan tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan penggunaan peta konsep dan tidak dalam pembelajaran di lembaga Sekolah.


BAB II
PERAN PENGGUNAAN MIND MAP DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

A.    PENGERTIAN
  1. Mind  Map
Mind Map adalah alternative pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. [Mind Map] menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.[2]
Mind Map adalah cara termudah untuk mendapatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak-Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Mind Map juga sangat sederhana.[3]
Kita bisa membandingkan Mind Map dengan peta kota. Pusat Mind Map mirip dengan pusat kota. Pusat Mind Map mewakili ide terpenting. Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area-area yang menarik atau ide-ide menarik tertentu.
Sama seperti peta jalan, Mind Map akan:
v  Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas
v  Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada
v  Mengumpulkan sejumlah besar data dari satu tempat
v  Mendorong memecahkan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru
v  Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.

Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan tradisional.
Semua Mind Map mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, symbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangakaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan Mind Map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.
Pemetaan pikiran (Mind Mapping), yaitu cara yang paling mudah untuk memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.[4]
Peta Pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. (Iwan Sugiarto, 2004:75).

  1. Belajar
Pada hakekatnya, belajar adalah suatu proses perubahan yang terus menerus pada diri manusia, karena usaha untuk mencapai kehidupan atas bimbingan bintang cita-citanya yang sesuai dengan cita-cita dan falsafah hidupnya.[5]
Belajar yang sukses bukan sekedar menyelesaika sekolah dengan membawa Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) melainkan lebih jauh lagi dengan hal itu, yaitu:
v  Bagi yang ingin melanjutkan belajar di sekolah yang lebih tinggi, ia harus lulus mengikuti test masuk di sekolah lanjutan itu tadi, sesuai dengan gugus, jalur, ataupun jurusan yang dipilihnya.
v  Bagi mereka yang ingin segera dapat menyumbangkan tenaganya, ia telah siap dengan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilannya, sehingga sekalipun tidak tersedia tempat yang disediakan oleh Pemerintah, dengan kemampuannya sendiri ia mampu menemukan sendiri, menciptakan sendiri dan mengusahakan sendiri lapangan kerja baginya.[6]
Dengan demikian diharapkan tidak lagi ada pengangguran bagi mereka yang telah menamatkan suatu tingkat sekolah. Inilah yang dimaksud bahwa sekolah bukan sekedar untuk mencari STTB melainkan sekolah berarti mencari bekal untuk hidup di dalam masyarakat.

  1. Pendidikan
Objek formal Ilmu Pendidikan adalah Pendidikan, yang dapat diartikan secara maha luas, sempit, dan luas terbatas.[7]
Ivan Illich berpendapat bahwa suatu system pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1)   Memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat.
2)  Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian juga yang ingin mendapatkannya.
3)      Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan.
Defenisi maha luas tentang pendidikan, antara lain mengandung kelemahan tidak dapat mengagambarkan dengan tegas batas-batas pengaruh pendidikan dan bukan pendidikan terhadap pertumbuhan individu. Sedangkan kekuatannya, terletak pada menempatkan kegiatan atau pengalaman belajar sebagai inti dari proses pendidikan yang berlangsung dimana pun dalam lingkungan hidup, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selanjutnya, kelemahan dalam defenisi sempit tentang pendidikan, antara lain terletak pada sangat kuatnya campur tangan pendidik dalam proses pendidikan sehingga proses pendidikan lebih merupakan kegiatan mengajar daripada kegiatan belajar yang mengandung makna  pendidik mempunyai otoritas sangat kuat, dan pendidikan terasing dari kehidupan sehingga lulusannya ditolak oleh masyarakat. Adapun kekuatanya, antara lain terletak pada bentuk kegiatan pendidikannya yang dilaksanakan secara terprogram dan sistematis.
Defenisi alternative adalah defenisi dialektis yang mencoba memadukan pengertian-pengertian yang menjadi kekuatan pada defenisi maha luas dan defenisi sempit, yang sekaligus menghilangkan kelemahan-kelemahannya. Defenisi alternative merupakan defenisi luas yang maknanya berisi berbagai macam pengalaman belajar dalam keseluruhan lingkungan hidup, baik  di sekolah maupaun di luar sekolah yang sengaja diselenggarakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian defenisi luas menghilangkan pengaruh yang tidak sengaja terhadap pertumbuhan individu dan dominasi pemaksaan dalam proses pendidikan, dalam rumusan defenisi pendidikan.
Semangat defenisi alternative terdapat dalam defenisi pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta penjelasannya, yang dinyatakan secara tersurat pada pasal 1, ayat (1), dengan rumusan: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.”

 B. BEBERAPA PENDAPAT TENTANG BELAJAR DAN PROSESNYA SERTA MASALAH-MASALAH YANG TERSANGKUT KARENANYA
  1. Beberapa Pendapat tentang Belajar dan Prosesnya
Membahas tentang hal ini haruslah dalam hubungan dengan teori-teori ilmu jiwa, yang berusaha menyeldiki proses perkembangan aspek-aspek kejiwaan manusia. Pendapat-pendapat yang besar sekali pengaruhnya di dalam dunia pendidikan kita adalah[8]:
a.      Teori Transfer of Training, dari aliran ilmu jiwa daya dari Aristoteles.
Berpendapat bahwa jiwa tidak lain adalah daya kerja otak. Otak manusia terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing dapat dilatih sehingga dapat mencapai kemampuan yang maksimal. Hasil latihan bagian otak ini dapat dipindahkan kebagian otak lain, sehingga memiliki daya kerja yang sama dengan hasil training, tanpa training.
b.      Teori Asosiasi dari aliran ilmu jiwa Asosiasi J.F. Herbart
Berpendapat bahwa pada mulanya jiwa manusia itu kosong. Setelah alat indera dapat menerima stimulus dari luar maka stimulus yang diterima urat daging, diteruskan ke urat syaraf otak, meninggalkan bekas yang bersamaan dengan stimulus yang diterimanya di dalam kesadaran
c.       Teori Sarbond dari aliran Psychorefleksoologie Pavlov.
Berpendapat bahwa jiwa itu tidak ada. Tingkah laku manusia, sebenarnya hanyalah merupakan hasil kerja sama antara beberapa reflex.
d.      Teori Trial and Error, dari conectionisme Thorndike
Berpendapat bahwa tidak mungkin manusia memecahkan suatu persoalan tanpa lebih dahulu mencoba-cobanya, seperti yang dilakukan oleh binatang bila ia menjumpai kesukarannya.
e.       Teori Gestalt berstruktur dari Gestaltpsychologie yang dipelopori Wilhelm Wundt di Jerman
Berpendapat bahwa manusia adalah organisme yang merupakan suatu kesatuan bulat menyeluruh di dalam mengadakan interaksi dengan alam sekitarnya yang juga merupakan suatu kesatuan bulat pula, sehingga karenanya ia selalu berusaha untuk mengubah cara-cara hidupnya sebagai hasil interaksi tadi.

  1. Tafsiran yang Keliru tentang Belajar
Sampai saat ini banyak orang-orang atau mahasiswa yang dininabobokkan oleh penafsiran yang keliru tentang belajar. Hal ini nampak di dalam aktivitas belajarnya yang sangat terbatas. Hal itu oleh karena memang sejak ia pertamakali dibangku sekolah, dibiasakan berbuat semacam itu. Yaitu menghafal bahan pelajaran, sebab sering kepadanya dituntut untuk dapat mengatakan secara verbalis tentang apa yang sudah diajarkan kepadanya.
Dan bila hal ini diselidiki lebih lanjut akan ketemulah sumbernya mengapa terjadi yang demikian. Yaitu oleh karena di Negara kita, perkembangan pendidikan dapat dikatakan baru bermula pada masa penjajahan Belanda. Sedang waktu itu ilmu mengajar yang menguasai benua Eropa adalah yang berasal dari Ilmu Jiwa Assosiasi Herbart. Dengan sedikit pengaruh dari Faculty Psychology Aristoteles, berkembanglah pengertian bahwa belajar adalah berusaha melatih ingatan dan pikiran dengan mengisi sepenuh-penuhnya lebih dahulu dengan segala macam pengetahuan-pengetahuan. Dan mengajar adalah memompakan pengetahuan-pengetahuan ke dalam jiwa anak sebanyak-banyaknya.
Sebagai ukuran hasil belajarnya, anak-anak diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang sekedar meminta agar mereka mereprodusir isi ingatannya, sebagaimana ia menerima dari gurunya tanpa adanya perubahan sedikitpun.

  1. Hambatan-Hambatan Belajar
Seperti halnya dengan aktivitas-aktivitas manusia yang lain, hambatan, kesukaran, ataupun rintangan itu mesti ada, dan adanya itu sering justru untuk  tumbuhnya semangat baru karena hampir padamnya semangat yang lama.
 Adapun hambatan-hambatan dalam belajar adalah sebagai berikut:
Ø  Hambatan yang datang dari dalam dirinya, yaitu:
ü  Karena memang tidak dimampuinya kekuatan psikisnya.
ü  Karena perkembangan yang belum mulai.
ü  Karena kurang pengalaman
ü  Karena gangguan kesehatan
ü  Karena factor yang lainnya.
Ø  Hambatan yang datang dari luar dirinya, yaitu:
ü  Keadaan lingkungan sekitarnya
ü  Keadaan keluarga yang tidak kondusif (Broken Home)
ü  Gangguan alam
ü  Situasi yang tidak mengizinkan, dan sebagainya.
Yang semuanya itu memaksa individu terhenti dari aktivitasnya tanpa diinginkannya.

C.    BAGAIMANA MIND MAP DAPAT MEMBANTU KITA?
Mind Map dapat membantu kita dalam sangat banyak hal! Berikut ini hanyalah beberapa diantaranya. Mind Map dapat membantu kita untuk:

1.      Merencana
2.      Berkomunikasi
3.      Menjadi lebih kreatif
4.      Menghemat waktu
5.      Menyelesaikan masalah
6.      Memusatkan perhatian
7.      Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran
8.      Mengingat dengan lebih baik
9.      Belajar lebih cepat dan efisien
10.  Melihat “gambar keseluruhan”
11.  Menyelamatkan pohon!

Menurut Michael Michalko, dalam buku terlarisnya Cracking Creativity, Mind Map akan[9]:
1.      Mengaktifkan seluruh otak
2.      Membereskan akal dari kekusutan mental
3.      Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan
4.      Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah
5.      Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian
6.      Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya
7.      Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang
Banyak orang yang menganggap seluruh zaman Renaissance Italia sebagian besar digerakkan oleh para jenius besar yang melarikan diri dari penjara pemikiran linear mereka. Mereka mengkasatmatakan pikiran dan ide mereka, bukan hanya melalui kata dan baris, tetapi juga dengan bahasa gambar, citra, diagram, kode, symbol dan grafik yang sama, bahkan sering kali lebih berbahaya.
Alasan mengapa para jenius besar ini menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan mengingat pikiran mereka adalah karena otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual-bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Inilah sebabnya kita akan lebih mengingat informasi jika kita menggunakan gambar untuk menyajikannya.
Sudah banyak kajian membuktikan hal ini. Misalnya, sebuah kajian pada orang dewasa ditujukan 2560 slide foto dengan kecepatan 10 detik untuk setiap slide. Kemudian kepada mereka ditunjukkan 280 pasang slide; salah satu dari pasangan slide ini telah mereka lihat sebelumnya, dan slide satunya belim pernah mereka lihat. Orang-orang ini memiliki 85-95 persen keberhasilan mengenali slide yang telah mereka lihat sebelumnya.
Mind Map menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi gambar, warna, dan cabang-cabang melengkung, Mind Map lebih merangsang secara visual dari pada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Ini akan sangat memudahkan kita mengingat informasi Mind Map.
Adapun para pembuat Mind Map dalam sejarah adalah sebagai berikut:[10]
1.      Leonardo Da Vinci
Bagi Leonardo, bahasa kata-kata berada di tempat kedua sesudah bahasa gambar dan digunakan untuk memberikan label, menunjukkan, atau menjelaskan pikiran dan penemuan kreatifnya-alat utama untuk pemikiran keatifnya adalah bahasa gambar.
2.      Galileo Galilei
Galileo adalah seorang pemikir kreatif jenius dunia, yang akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, membantu merevolusi ilmu dengan menggunakan teknik pencatatannya sendiri. Sementara rekan-rekan semasanya menggunakan pendekatan verbal dan matematikal tradisional untuk menganilisis masalah-masalah ilmiah, Galileo menjadikan pikirannya kasatmata melalui ilustrasi dan diagram, seperti yang dilakukan Leonardo.
3.      Richard Feynman
Richard Feynman, fisikawan pemenang hadiah Nobel, ketika masih muda menyadari bahwa imajinasi dan visaualisasi adalah bagian terpenting darimproses pemikiran kreatif. Dengan itu ia memainkan permainan-permainan imajinasi dan belajar menggambar.
Salah satu karyanya yag terkenal adalah pengembangan diagram Feynman yang digunakan murid di seluruh dunia untuk membantu mereka memahami, mengingat, dan menciptakan ide-ide dalam realism fisika dan ilmu umum
4.      Albert Einstein
Einstein menyatakan: “Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan karena imajinasi tidak terbatas”. Dalam surat kepada temannya Maurice Solovine, ia menjelaskan kesulitannya menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan falsafah ilmiahnya, karena ia tidak berpikir secara itu; ia lebih berfikir secara diagramatis dan skematis.
    Untuk lebih memudahkan memahami konsep Mind Map, akan penulis lampirkan contohnya sebagai    berikut:


D.    MENGENALI OTAK, MEMBUKA RUANG POTENSI KITA
Otak mengatur semua fungsi tubuh; otak mengendalikan perilkau kita yang paling primitive --makan, tidur, menjaga agar tubuh tetap hangat; otak bertanggung jawab untuk kegiatan yang paling canggih-penciptaan peradaban, music, seni, ilmu, dan bahasa. Harapan, pikiran, emosi, dan kepribadian semuanya tersimpan -di suatu tempat- di dalam sana. Setelah ribuan ilmuan mengkajinya selama berabad-abad, satu-satunya kata untuk menggambarkannya adalah: “MENAKJUBKAN!”. (Prof. R. Ornstein, pengarang The Psychology of Consciousness)

 E.     MIND MAPPING DALAM METODE PEMBELAJARAN (QUANTUM LEARNING) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN KREATIFITAS SISWA.
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.[11]
Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada mahluk hidup terbagi menjadi tiga bagian yaitu, batang atau otak reptilia (Primitif). Sistem limbic atau otak mamalia, dan neokorteks. Masing-masing berkembang dalam waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi mahluk hidup. Perkembangan evolusi pertama adalah otak reptile memiliki peranan yang berkaitan dengan insting pertahanan hidup, bernafas, mencari makan, dan dorongan untuk mengembangkan spesies. Manusia memiliki unsur-unsur yang sama dengan reptilia dan otak reptil merupakan komponen kecerdasan terendah dari manusia (Bobbi de Poter dan Hernacki, 1999:26-28).
Taufik Bahaudin (1999:42) menjelaskan, disekeliling otak reptil terdapat sistem limbik yang disebut sebagai otak mamalia atau paleo mammalian. Otak ini berkaitan dengan perasaan atau emosi, memori, bioritmik dan sistem kekebalan. Sistem limbik memungkinkan untuk merekam suatu kejadian yang menyenangkan. Bagian ketiga, neokorteks atau otak neomamalian, otak ini terbungkus dibagian atas dan sisi-sisi sistem limbik. Otak neomamalian memiliki kemampuan belajar, berbicara, mengembangkan kreativitas, memahami angka-angka, memecahkan masalah dan dapat menentukan perilaku dalam berhubungan dengan orang atau mahluk lain ataupun dengan lingkungan.
Otak merupakan organ tubuh yang kompleks. Otak manusia merupakan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak binatang lainnya termasuk otak binatang mamalia, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar oleh karena itu otak manusia dapat dikatakan sebagai otak belajar. Hal ini yang dapat membedakan otak manusia dengan otak binatang mamalia terletak pada fungsi sistem limbik.
Sistem limbik pada otak binatang mamalia hanya digunakan hanya untuk hal-hal yang sederhana seperti kemampuan binatang merekam sesuatu yang meyenagkan dan tidak meyenangkan. Sedangkan sistem limbik pada manusia memiliki fungsi yang sangat kompleks. Otak manusia terbagi atas cereblal cortex disebut neo cortex, basal ganglia, sistem limbik, otak tengah, batang otak, dan otak kecil. Neocortex disebut juga “The Thinking Cap” atau otak berfikir atau otak rasional yang sekaligus menjadi bagian otak luar yang menutupi bagian otak yang ada di dalam yaitu sistem limbik. Neocortex meliputi 80 persen dari seluruh volume otak manusia. Neocortex pada otak manusia memberikan kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, berbicara berprilaku dan sebagainya.[12]
Sistem limbic atau disebut juga sebagai otak emosional yang merupakan pusat otak yang berperan dalam mengendalikan emosi. Sistem limbic berasal dari bahasa latin Limbus yang artinya kerah atau cincin yang membungkus batang otak seperti kerah.[13]
Lebih lanjut Taufik Bahaudin (1999:60 ) menjelaskan bahwa sistem limbic memberikan konstribusi yang mendasar terhadap proses belajar, yaitu melakukan peran vital dalam meneruskan informasi yang diterima kedalam memori. Sistem limbic juga terkait dengan peran thalamus dan hypothalamus yang berperan dalam mengatur suhu tubuh, keseimbangan kimia tubuh, detak jantung, tekanan darah dan seks. Sistem limbic merupakan pusat pengaturan emosi seperti marah, senang, rasa lapar, haus, kenyang dan lainnya. Sistem limbic juga terlibat dalam bekerjanya sistem ingatan, yaitu pengiriman informasi dari ingatan berjangka pendek ke ingatan jangka panjang.
Neocortex atau cerebral cortex terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan kiri.Masing-masing kedua belahan ini bertanggung jawab terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam kemampuan–kemampuan tertentu.[14]
 Taufik Bahaudin menjelaskan bahwa, belahan otak kanan terkait mengenai gambar, imajinasi, warna, ritme dan ruang. Otak kiri berkenaan dengan angka-angka, kata-kata, logika, urutan atau daftar dan rincian–rincian.[15]
Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika dan urutan atau yang disebut sebagai otak yang berkaitan dengan pembelajaran akademis. Otak kanan berkaitan dengan irama, rima, musik. Gambar dan imajinasi atau yang disebut sebagai otak berkaitan dengan aktivitas kreatif. Kedua belahan otak ini dihubungkan oleh corpus collosum yang secara konstan menyeimbangkan pesan-pesan yang datang dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistik dengan pesan kongkret dan logis. ( Gordon Dryden Jeannette Vos. 2003:125 ). [16]
Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai berkomunikasi dan perolehan informasi dalam bentuk verbal ataupun tertulis. Bidang pendidikan, bisnis, dan sains cenderung yang digunakan adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran. Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang siswa tidak dapat mempertahankaan ingatan tersebut dalan jangka waktu yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara kedua belahan otak yang akhirnya dapat menimbulkan terganggunya kesehatan fisik dan mental seseorang.
Untuk menyeimbangkan kecenderungan salah satu belahan otak maka diperlukan adanya masukan musik dan estetika dalam proses belajar. Masukan musik dan estetika dapat memberikan umpan balik positif sehingga dapat menimbulkan emosi positif yang membuat kerja otak lebih efektif.[17]
Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Ingatan jangka pendek yang diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan kerja sistim limbic. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.
Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertamacatat, tulis, susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengar menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemkiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Bobbi de Portyer dan Hernacki, 1999: 152).
Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (mind mapping), yaitu cara yang paling mudah untuk memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak (Tonny dan Bary Buzan, 2004: 68).
Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja.[18]
Menurut Bobbi de Porter dan Hernacki (199: 152) Peta Pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
Pemetaan pikiran merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kemabli informasi yang telah dipelajari.[19]
Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisioanl (catatan biasa) dengan catatan Pemetaan Pikiran (Mind Mapping).

Tabel . Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping[20]
Catatan Biasa
Mind Map
1.      Hanya berupa tulisan-tulisan saja
1.      Berupa tulisan, symbol, dan gambar
2.      Hanya dalam satu warna
2.      Berwarna-warni
3.      Untuk mereview ulang membutuhkan waktu yang lama
3.      Untuk mereview ulang membutuhkan waktu yang pendek
4.      Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
4.      Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5.      statis
5.      membuat individu menjadi lebih kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (Mind Mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping.
Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum learning berakar dari uapaya Dr. Georgi Lozanov, seorang psikolog yang berupaya mengembangkan prinsip yang disebut “suggestology” atau “suggestopedia”. Menurutnya sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar dan setiap detil keadaan apapun memberikan sugesti positif atau negative.[21]
Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar. Lingkungan belajar yang baik akan memberikan kekuatan AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu) dalam diri siswa. Jika siswa memiliki kekuatan tersebut, maka siswa akan termotivasi untuk melakukan kegiatan.
Motivasi merupakan kekuatan atau daya. Motivasi merupakan suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.[22]
Motivasi dapat muncul karena adanya sugesti positif dari siswa sebagai akibat dari lingkungan belajar yang menyenangkan. Suasana dan keadaan ruangan kelas menunjukkan arena belajar yang dapat mempengaruhi emosi sehingga sugesti-sugesti tersebut menjadi cahaya yang mampu menjadi lokomotif yang dapat membangkitkan energi belajar.
Sebagaimana rumus Fisika yang terkenal dengan rumus kuantum E = mc²
Energi merupakan masa kali kecepatan cahaya kuadrat. Tubuh secara fisik dapat diartikan sebagai materi agar menghasilkan banyak energi cahaya, maka siswa berusaha menjalin interaksi, hubungan dan inspirasi.[23]
Quantum Learning memadukan Suggestology, Neuroligistik (NLP) dan mempercepat belajar dengan teori. Neuroligistik (NLP), yaitu suatu penelitian yang mengkaji bagaimana otak mengatur informasi yang ada. Adanya hubungan antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang dan belajar. Neuorolinguistik dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian diantara siswa dan guru.[24]
Neuro-Linguistik Programming (NLP), berbicara mengenai bagaimana cara pengendalian fisiologis bisa mempengaruhi atau mengendalikan emosi dan otak. Tinggi rendahnya kemampuan fisiologis ini tergantung pada tinggi atau rendahnya tingkat kesehatan tubuh. Secara sederhana NLP berperan melalui pengendalian fisiologis yang baik dapat meningkatkan atau mengembangkan pola pikir yang lebih baik. Pola pikir yang membuat perilaku seseorang sehari-hari menjadi kompetitif, mampu mencapai hasil kerja yang luar biasa dan pada akhirnya akan membuat seseorang mencapai kehidupan yang lebih baik dan bernilai.[25]
Daniel Goleman menjelaskan, seseorang dalam menjalani kehidupan dan belajar bukan saja melibatkan IQ tetapi juga melibatkan emosi suasana dan pikiran, kekuatan emosi, bekerja sama dalam pikiran dan rasional, mengaktifkan atau menonaktifkan pikiran sehingga dapat menuntun keputusan seseorang setiap waktu. IQ tidak dapat bekerja pada puncaknya jika tidak ada keterlibatan emosional (Bobbi de Porter dkk, 2000 : 22)
Perpaduan Quantum Learning lainnya adalah mempercepat belajar (AcceleratedLearning), merupakan seperangkat metode dan teknik pembelajaran yang memungkinkan anak didik dan kecepatan yang mengesankan, tetapi melalui upaya normal dengan penuh keceriaan. Belajar Quantum menyatukan permainan. Hiburan, cara berfikir dan bersikap positif. Kebugaran fisik dan kesehatan emosional yang terpelihara dan dikemas secara sinergis dalam aktivitas pembelajaran mendorong terjadinya pemercepatan belajar (Nandang Hidayat.2004).
Berdasarkan uraian pengertian Quantum Learning dapat ditarik kesimpulan bahwa Quantum Learning adalah suatu metode belajar yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan inteksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.

1.      Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (mind mapping) terhadap Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti pelajaran.
Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain. Sehngga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang memusatkan kegiatan belajar pada guru. Siswa hanya duduk, menengarkan dan menerima informasi. Cara penerimaan informasi akan kurang efektif karena tidak adanya proses penguatan daya ingat, walaupun ada proses penguatan yang berupa pembuatan catatan, siswa membuat catatan dalam bentuk catatan yang monoton dan linear.
Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Dengan metode pembelajaran yang yang sesuai siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam dirinya. Metode quantum learning adalah metode yang sangat tepat untuk pencapian hasil belajar yang diinginkan dan untuk pengembangan potensi siswa. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh emosi di dalam dirinya, emosi dapat mempngaruhi pencapaian hasil belajar apakah hasilnya baik atau buruk. Metode pembelajaran Quantum berusaha menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang berhubungan dengan hal yang bersifat logis (seperti belajar) dan otak kanan yang berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif).
Salah satu teknik mencatat yang dikembangkan dalam metode pembelajaran Quantum adalah teknik pemetaan (mind mapping). Dengan digunakannya mind mapping maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Dengan adanya teknik mind mapping atau pemetaan pikiran diduga prestasi siswa akan meningkat.

2.      Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) terhadap kreativitas (sikap kreatif siswa).
Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga data menciptakan suatu produk yang baru dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kreativitas muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan. Produk dari kreativitas dapat dihasilkan melalui serangkaian tahapan yang memerlukan waktu relatif lama. Secara efektif individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yan besar, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.
Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. Dengan penggunaan warna dan simbol–simbol yang menari akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.
Siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode konvensional siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya.
Sistem limbic pada otak manusia memiliki peranan penting dalam penyimpanan dan pengaturan informasi (memori) dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang secara tepat. Dalam proses belajar, siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima menjadi memori jangka panjang sehingga ketika materi tersebut diperlukan kembali siswa dapat mengingatnya. Belahan neocortex juga memiliki peranan penting dalam penguatan memori. Belahan otak kiri yang berkaitan dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian (aktivitas akademik). Belahan otak kanan berkaitan dengan warna, gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut sebagai aktivitas kreatif. Jika kedua belahan neocortex ini dipadukan secara bersamaan maka informasi (memori) yang diterima dapat bertahan menjadi memori jangka panjang. Mind Mapping merupakan teknik mencatat yang memadukan kedua belahan otak. Sebagai contoh, catatan materi pelajaran yang dimiliki siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna. Mind Mapping mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang. Materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk peta pikiran akan mempermudah sistem limbic memproses informasi dan memasukkannya menjad memori jangka panjang.
Keuntungan lain penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim imbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemetaan pikiran diduga kreatifitas (sikap kreatif) siswa akan meningkat.

BAB III
PENUTUP
 1.      Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses belajar, pembelajaran memiliki dua unsur penting yakni siswa dan guru. Bagi siswa metode pembelajaran sangat penting dalam menentukan prestasi dan pengembangan potensi pribadi. Guru memiliki peranan penting dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Quantum learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode Quantum Learning dengan teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.
Dengan penggunaan teknik Mind Mapping, hasil prestasi belajar dan kreativitas siswa lebih meningkat yang berdampak besar terhadap lembaga Pendidikan itu sendiri. Semakin baik metode pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pendidik atau guru maka akan semakin baik pulalah hasil prestasi belajar siswa sehingga kualitas lembaga pendidikan tersebut semakin tinggi yang berdampak pada perubahan pola berfikir anak bangsa yang semakin maju. Dan membawa kualitas pendidikan bangsa ini menjadi lebih baik.

  2.      Saran
Kreativitas adalah kunci bagi sukses mental seseorang, baik dalam memunculkan ide-ide yang cemerlang dan orisinal, maupun mengingat apa yang ingin diingat. Otak setiap orang pada dasarnya kreatif dan kita hanya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya. Tumbuhkan setiap kesempatan yang dimiliki untuk menjadi kreatif, dan selalu mencoba untuk fleksibel dan menjauh dari yang “normal” –yakini bahwa seperti otak kita, ide-ide kita sangat istimewa- dan ingatlah Mind Map adalah sekutu terbesar yang kita miliki dalam hal melepaskan sang jenius ke dalam diri kita.

[1] http://Mind%20Map/Liputan%20Khusus%20Pendidikan.htm
[2] Tony Buzan. “Buku Pintar Mind Map”. Cet: V. Hal:2
[3] Ibid., hal: 4
[4] Tony dan Barry Buzan. “Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book”. Hal: 68
[5] Drs. Agoes Soejanto. “Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses”. Cet: III. Hal: 12-13
[6] Ibid,. hal: 2
[7] Dr. Redja MUdyahardjo. “Filsafat Ilmu Pendidikan. Suatu Pengantar”.Cet: III. Hal: 45-46
[8] Drs. Agoes Soejanto. “Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses”. Cet: III. Hal: 13-18
[9] Tony Buzan. “Buku Pintar Mind Map”. Cet: V. Hal: 6-7
[10] Tony Buzan. “Buku Pintar Mind Map”. Cet: V. Hal: 9-13
[11] Eric Jensen dan Karen Makowitz. “Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super”.Hal: 21
[12]. Taufik Bahaudin. “Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia”. Hal: 56-60
[13] Gordon Dryden. “Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I”. Hal: 117
[14]  Bobbi De Porter dan Hernacki. “Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan”. Hal: 28
[15] Taufik Bahaudin. “Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia”. Hal: 45
[16]http://www.Mind%20Map/Portal%20SMA%%201%20Bontang%20%20Mind%20Mapping%20Dalam%20Metode%20Quantum%20Learning.htm
[17] Bobbi De Porter dan Hernacki. “Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan”. Hal: 38
[18] Taufik Bahaudin. “Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia”. Hal: 53
[19] Jensen. Eric dan Karen Makowitz. “Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super”. Hal: 95
[20]Iwan Sugiarto. “Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif”. Hal: 76
[21]De Porter Bobbi,dkk. “Quantum Teaching”. Hal: 14
[22] Abin Syamsudin Makmun. “Psikologi Kependidikan Remaja”. Hal: 37
[23] Nandang Hidayat. “Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum (Quantum Learning)”.
[24] Bobbi De Porter dan Hernacki. “Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan”. Hal: 14
[25] Taufik Bahaudin. “Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia”. Hal: 332
 

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog



Diberdayakan oleh Blogger.