Persfektif Perubahan Sosial


a.      Arti Perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (dan perubahan kebudayaan) itu sendiri. Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak membicarakannya.
William F. Ogburn berpendapat, ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan, baik yang material ataupun yang bukan material. Unsur-unsur material itu berpengaruh besar atas bukan-material. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial ialah perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dengan timbulnya organisasi buruh dalama masyarakat kapitalis, terjadi perubahan-perubahan hubungan antara buruh dengan majikan, selanjutnya perubahan-perubahan organisasi ekonomi dan politik.
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2006: 261). Mac Iver mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan hubungan-hubungan sosial atau perubahan keseimbangan hubungan sosial. Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari stuktur sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial.[1]"Gillin dan Gillin memandang perubahan sosial sebagai penyimpangan cara hidup yang telah diterima, disebabkan baik oleh perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi ataupun karena terjadinya digusi atau penemuan baru dalam masyarakat.
Selanjutnya Samuel Koeing mengartikan perubahan sosial sebagai modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia, disebabkan oleh perkara-perkara intren atau ekstern. Akhirnya dikutip definisi Selo Soemardjan yang akan dijadikan pegangan dalam pembicaraan selanjutnya. “Perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuka didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola per-kelakukan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat”. Definisi inii menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat. Lembaga sosial ialah unsur yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib melalui norma.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflikatau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaanmasyarakat lain.[2]
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adatatau kebiasaan.[3]
Para pakar sosiologi telah mengumpulkan dan menganalisis berbagai studi mengenai perubahan sosial (sosial changes). Dari berbagai studi tersebut dapat digolongkan penelaahan perubahan sosial tersebut berputar kepada enam persoalan pokok, yaitu:
1.      Apakah sebenarnya yang berubah? Pertanyaan ini tertuju kepada struktur sosial yang mengalami berbagai perubahan. Struktur sosial misalnya keluarga. Lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga keagamaan, lembaga-lembaga politik dan bermacam-macam jenis lembaga yang ada di dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut ada yang lambat ada pula yang berjalan dengan cepat.
2.      Bagaimana hal tersebut itu berubah? Perubahan sosial tersebut tentunya mengambil berbagai bentuk perubahan sesuai dengan kondisi dimana perubahan terjadi.
3.      Apa tujuan perubahan itu? Sudah tentu perubahan sosial yang terjadi bukanlah suatu perubahan yang otomatis dan mekanistis, tetapi tentunya mempunyai suatu tujuan.
4.      Seberapa cepat perubahan itu? Perubahan sosial ada yang secara revolusioner, mungkin ada yang berjalan secara bertahap. Perubahan secara bertahap pun berjenis-jenis, ada yang cepat ada yang lambat.
5.      Mengapa terjadi perubahan? Seperti yang telah kita lihat dalam pertanyaan nomor 3, perubahan sosial selalu mempunyai tujuan. Oleh sebab itu, tentunya ada sebab-sebab mengapa terjadi perubahan.
6.      Faktor-faktor apa saja yang berperan di dalam perubahan tersebut? Suatu perubahan sosial mengenai kehidupan bersama manusia tentunya mempunyai berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu jaringan dari berbagai faktor yang telah menyababkan perubahan sosial tersebut. Pertanyaan 2,3, dan 4 memerlukan tinjauan histories. [4]
            Dari sini nampak bahwa manusialah faktor utama terjadinya sebuah perubahan. Pada dasarnya, manusia tak lepas dari perkembangan individu baik karena pergumulan/interaksi antar sesama maupun proses belajar atau pun mengajar. Contohnya:  ketika kita mengenal komputer, maka kita gunakan komputer sebagai alat menulis yang sebelumnya menggunakan mesin ketik manual. Dalam hal ini terjadi perubahan seseorang setelah dia mengenal komputer dia meninggalkan mesinketik manual.

b.      Teori-Teori Perubahan Sosial
·         Linear Theory: melalui tahapan-tahapan (stage) dan selalu menuju ke depan; misalnya adanya perubahan masyarakat, dari masyarakat buta huruf menjadi masyarakat melek huruf.
·         Spiralic Theory: melalui pengulangan-pengulangan diiringi kematangan didalamnya; misalnya pandangan masyarakat dalam berpolitik dengan sistem multipartai.
·         Cyclical Theory: melalui putaran panjang yang pada suatu saat menemukan track yang pernah dilalui; misalnya kembalinya masyarakat Barat kepada hal-hal yang natural dalam pengobatan, keyakinan, dsb.
·         Teori Historis: Kemajuan masyarakat mengacu masyarakat maju berdasar jamannya. Episentrumnya berpindah-pindah; dari Sungai Indus (India), Sungai Yang Tse (Cina), Lembah Sungai Nil (Mesir), Yunani-Romawi, Eropa Barat, Amerika Utara, sampai Jepang.
·         Teori Relativisme: Kemajuan masyarakat mengacu masyarakat Barat, khususnya AS. Episentrumnya Barat. Modernisasi = westernisasi. Kriteria: teknologi maju, organisasi sosial mendukung, ekonomi maju, dan politik mapan.
·         Teori Analitik: Kemajuan masyarakat ditandai dari berbagai aspek: ekonomi, politik, keluarga, mobilisasi sosial, dan agama yang semuanya itu bertumpu pada perkembangan iptek (pendidikan).[5]
Teori-teori ini memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk perubahan sosial (sosial change) yang terjadi di masyarakat. Misalnya Linear Theory, dengan melalui beberapa tahap menuju ke depan, atau menuju perubahan yang lebih baik. Contohnya perubahan masyarakat yang awalnya buta huruf menjadi melek huruf setelah adanya pendidikan.


[1] Wilbert, E. Maore, Order And Change,Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley &
Sons, 1967 : 3
[2] http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/perubahan-sosial-dan-perspektif-sosiologi/
[3] www. id.wikipedia.org
[4]H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal. 3-4.
[5] Ki Supriyoko. Materi kuliah Politik Pendidikan Nasional sessi ke-9 tema: Pendidikan Nasional Sebagai Pendorong Perubahan Sosial.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog



Diberdayakan oleh Blogger.