A. Pengertian Metode Pendidikan
[1] An Nahlawi, Abdurrahman, Prinsi-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Diponegoro: Bandung, 1996,hal.45-46
Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti ”melalui.” Dan hodos berarti ”jalan atau cara”, bila ditambah logi sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan”, oleh karena kata logi yang berasal dari kata Yunani (Greek) logos berarti “akal” atau “ilmu”.
Sedangkan secara istilah, Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan sebagai: “rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses yang melaksanakannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.” Disisi lain Imam Barnadib mengartikan metode sebagai suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan pendidikan.
Dengan demikian secara umum metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan.
Apabila ditarik pada pendidikan islam, metode dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami.[1]
Apabila ditarik pada pendidikan islam, metode dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami.[1]
Adapun Al Qur`an sendiri secara eksplisit tidak menjelaskan arti dari metode pendidikan. Namun kata metode dalam bahasa arab dibahasakan dengan kata Al-Tariqah, banyak dijumpai dalam al-Qur’an. Menurut Muhammad Abd al-Baqi, didalam Al Qur`an kata Al-Tariqah di ulang sebanyak sembilan kali. Salah satunya kata ini terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-tariqah al-mustaqimah, yang diartikan jalan yang lurus. Hal ini terdapat dalam Al Qur`an surat Al Ahqaaf ayat 30:
Mereka berkata: “Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.”
Mereka berkata: “Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.”
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa metode atau jalan oleh al-Qur’an dilihat dari sudut objeknya, fungsinya, akibatnya, dan sebagainya. Ini dapat diartikan bahwa perhatian al-Qur’an terhadap metode demikian tinggi, dengan demikian Al-Qur'an lebih menunjukkan isyarat-isyarat yang memungkinkan metode ini berkembang lebih lanjut.
Dengan berlandaskan pada beberapa definitif di atas dapat kami tegaskan bahwa metode pendidikan merupakan sebuah mediator yang mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan untuk menyampaikan sebuah visi pendidikan kepada tujuannya.[2]
B. Fungsi Metode Pendidikan
Metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Dengan bertolak pada dua pendekatan ini dapat dikatakan bahwa metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Metode pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, ketertarikan, sifat dan kesungguhan para peserta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualnya. Pendidik dalam memberikan pelajaran atau mendidik peserta didik harus bisa memberi keleluasaan sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyampaikan materi pendidikan perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu, jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna dengan memandang potensi individu setiap peserta didik, oleh karena itu pendidik dituntut agar memahami aspek psikologis dan karakter setiap peserta didik.
Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Tidak salah jika ada sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa “metode lebih utama dari pada materi (al-taiqah aula min al-madah)” disebabkan materi itu bagaikan raga yang harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa adanya penggerak yang membawa pada tujuan maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.[3]
[1] An Nahlawi, Abdurrahman, Prinsi-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Diponegoro: Bandung, 1996,hal.45-46
0 komentar:
Posting Komentar