Profil STAIN Zawiyah Cot Kala

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa didirikan pada tahun 1980 merupakan hasil keputusan Seminar Sejarah Islam di Rantau Pertamina Kuala Simpang, bahkan nama tersebut diambil dari sebuah nama lembaga pendidikan tinggi terbesar di Asia Tenggara yang tertua di Bayeun sekitar abad ke–4 H. Proses berdirinya STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa disponsori oleh M. Hasan ZZ, BA (Kakandepak Aceh Timur saat itu), M. Amin Arifin (Almarhum), Drs. Azhar Zakaria (Ka. MAN pada saat itu, sekarang Dosen tetap pada STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa), H. Zainuddin Saman dan Drs. Idris Harahap yang merupakan realisasi hasil seminar dengan mendapat dukungan dari pemerintah dan berbagai lapisan masyarakat.

Pada mulanya STAIN ini didirikan dalam bentuk Lembaga Institut Agama Islam (IAI) Zawiyah Cot Kala Langsa yang meliputi tiga Fakultas, yaitu Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah. Pembukaan kuliah pertama sekali pada tanggal 14 Oktober 1980 hanya diresmikan 2 (dua) Fakultas, Fakultas Tarbiyah yaitu Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Fakultas Dakwah yaitu Jurusan Penerangan Agama sampai tingkat sarjana muda. Pada tahun 1981 dibentuk Yayasan dengan Akte Notaris No. 7 tanggal 21 Juli 1981 dan pada tahun 1982 dalam kunjungannya Menteri Agama Republik Indonesia ke Langsa (H.Alamsyah Ratu Perwiranegara) dalam rangka peresmian Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Aceh oleh pengurus Yayasan menyampaikan Surat Pemohonan Terdaftar IAI Zawiyah Cot Kala Langsa, maka pada tahun 1983 keluarlah SK Dirjen Lembaga Islam Departemen Agama RI untuk terdaftarnya dengan SK Nomor: Kep/E/III/PP.00.2/1303/83 tanggal 16 April 1983, dan kemudian pada tahun 1988 dengan keputusan Menteri Agama RI, maka IAI Zawiyah Cot Kala Langsa terdaftar sampai dengan jenjang S-1 dengan SK Menteri Agama RI Nomor : 219 Tahun 1988 tanggal 1 Desember 1988, kemudian sejak tahun 1997 berubah bentuk menjadi STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam).

Dalam proses kegiatan akademik dari tahun ke tahun semakin meningkat dan berkembang, baik dilihat dari segi prestasi mahasiswa, tenaga pengajar, jumlah mahasiswa maupun peran aktif dan keberhasilan dalam bidang-bidang lainnya, maka sejak tahun 2000 lembaga ini mendapat peningkatan status menjadi Status Diakui berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: E/36/2000 tanggal 20 Maret 2000, yang memiliki dua jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)/Tarbiyah dan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)/Dakwah. Kemudian sejak tahun 2001, STAI Zawiyah Cot Kala Langsa berupaya mengembangkan lembaga dengan membuka Program Diploma Dua (D-II) Jurusan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Perkembangan yang lebih menggembirakan yaitu Pada akhir tahun 2006 keluarlah peraturan Presiden RI Nomor 106 Tahun 2006 Tanggal 28 Desember 2006 Tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Susilo Bambang Yudhoyono.

Kehadiran Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa mempunyai arti penting dan merasa terpanggil untuk menterjemahkan makna Tri Dharma Perguruan Tinggi ke dalam program dan kegiatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masa. Sehubungan dengan ini perlu pula Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menetapkan suatu kebijakan ke depan serta rencana pengembangan, agar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) ini dapat menghadapi era global yang berkembang, sehingga pengembangannya memberi prioritas utama ilmu pada bidang pembinaan mental dan spiritual untuk mempersiapkan generasi intelektual yang mempunyai moralitas dan tanggung jawab yang tinggi.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa dalam perjalannya telah memiliki nilai-nilai budaya tersendiri dalam hati masyarakat Aceh Timur dan sekitarnya, karena keberadannya telah mewarnai corak pemikiran dan adat istiadat masyarakat Aceh Timur, masyarakat Kota Langsa dan Aceh Tamiang, di samping itu posisi yang strategis terletak di wilayah tiga pemerintah daerah Tingkat II yang merupakan sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Posisi strategis ini terbentuk melalui lembaga kajian keagamaan yang berkembang di pesantren (dayah) dan madrasah akan mengarah kepada pengkajian dan pengembangan ilmu keislaman secara objektif dan rasional.

Oleh karena itu pengembangan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) akan menempatkan posisi dan fungsinya sebagai pusat kajian Islam di tingkat lokal, yang secara berantai akan mempengaruhi di tingkat regional dan nasional. Di samping itu pengembangan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) ini akan memacu tumbuh kembali kekuatan persatuan umat Islam di Nusantara, karena dasar utama dari semangat persatuan itu terbit di perureulak dan akan bersinergi dengan semangat persatuan Nasional.

Dengan demikian penegerian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa di samping akan berdampak positif bagi perkembangan ilmu-ilmu keislaman juga akan mendorong solidaritas nasional dan memperkokoh integritas bangsa, karena adanya lembanga pendidikan Islam yang secara loyal mendedikasikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan agama, kecuali itu penegerian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) ini juga akan melahirkan kebanggaan dikalangan umat Islam Aceh, hal mana sangat positif bagi langkah-langkah penyelesaian konflik secara damai.

Struktur Organisasi



STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa dan ‘pohon’ peradaban

Tak sebatas mimpi panjang dari waktu tak terbataskan, atas keberadaan sebuah lembaga Perguruan Tinggi bernama STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa setelah dua tahun lalu penegeriannya, kini kian menunjukkan eksistensinya. STAIN concer. Dengan latar belakang sejarah panjang juga memiliki nilai historis penting untuk didalami guna mewujudkan cita-cita luhur para pendirinya. “Karena ia tidak dibangun dengan sebuah aktivitas yang kosong dari makna, tetapi karena impian dan keinginan untuk melihat kehidupan yang lebih tercerahkan bagi generasi mendatang.”

Kutipan di atas adalah sekelumit ungkapan Dr. Zulkarnaini Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa pada wisuda ke-9 di kampus Meurandeh, Rabu (30/12). Sang Ketua mengetengahkan sejarah panjang berdirinya lembaga pendidikan ini atas dasar keinginan dan cita-cita luhur.

“Ia ibarat pohon yang ditanam tetua, yang mungkin ia sendiri tidak akan pernah sempat memetik buahnya,” tukas lelaki muda itu lagi, “tetapi ia tidak akan berhenti menanam,” tandas Zulkarnaini. Disebutkan, pohon itu memang bukan untuk dipetik buahnya, tetapi untuk diwariskan kepada anak-anak dan cucunya. Merekalah yang akan menikmati hasilnya. Dalam nada yang lembut nan santai Sang Ketua STAIN ini mengisbatkan bahwa pohon itu adalah lambang cinta, kasih sayang dan kepedulian, karenanya tak patut dikotori kedengkian, ketamakan dan sikap-sikap merugi.

Dalam kesempatan itu dia berharap akan pohon itu harus dirawat dengan baik supaya dapat memberikan hasil yang maksimal. Hendaknya orang-orang yang menikmatinya dapat bersyukur kepada Allah dan sedianya berterimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa menanamnya. Menyimak untaian ungkapan lelaki muda yang bergelar doktor itu, bak mendengar kecapi bergurindam seumpama dawai yang mengalun nada-nada yang berkalbu, namun menggugah penuh nilai filosofi.

“STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa telah menjadi sebuah realitas, adalah sebatang pohon yang kini telah tumbuh nan rindang serta berakar kuat menghujam di dasar bumi,” ungkap Zulkarnaini seraya menerangkan, ini adalah sebuah simbol dari realitas kehidupan keilmuan dan harapan masyarakat Aceh umumnya Kota Langsa khususnya.

Sebagaimana dilaporkan Pembantu Ketua Bidang akademik STAIN, Drs. H. Basri Ibrahim, MA, 302 wisudawan/ti ini merupakan bagian dari jumlah total 3.777 lulusan sarjana. “Dengan bertambahnya 302 lulusan yang diwisuda ini maka STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa telah menghasilkan 3.777 sarjana,” urai mantan aktivis HMI itu dalam laporannya. Sejumlah sarjana yang telah dihasilkan ini diharapkan menjadi kekuatan baru dalam mengisi pembangunan fisik dan mental di negeri ini. Sebagai asset bangsa, yang memiliki basic ilmu agama sedianya penerapan nantinya tak hanya sebatas pencerahan dalam konsepsi religi, namun lebih dari itu bisa menjadi sebagai motivator dan motor penggerak pembangunan di segala dimensi.

Sejalan dengan apa yang disampaikan Ketua STAIN, Dr. Zulkarnaini dalam mengartikulasi bahwa pohon yang dimaksudkan adalah bukan sembarang pohon, tetapi pohon ilmu dan peradaban. “Ia menyimpan segudang harapan; ia adalah cahaya pencerahan, penerang hati dan pikiran, dan sumber mata air bagi umat yang dahaga,” kata lelaki beranak tiga itu sambil melanjutkan, lembaga ini harus menjadi mesin yang memproduksi ulama, cendekiawan, intelektual dan pemimpin besar yang cerdas secara santun, berakhlak mulia serta responsif terhadap gejala—perkembangan zaman.

Sebagaimana tujuan pemerintah mendirikan lembaga-lembaga Perguruan Tinggi Islam ini sebagai upaya dan langkah konkrit dalam membangun bangsa yang beradab, sehingga dapat menjadi negeri yang baldhatun thayyibatun wa rabbun qhafur. “Yakni negeri yang baik dan memiliki tatanan yang prima dalam berbagai dimensi kehidupan sekaligus mendapat keampunan Allah SWT,” kata pembicara Dr. H. Syamsul Rijal, M.Ag dalam orasi ilmiah pada wisuda tersebut.

Dia menyebutkan, untuk menjadikan STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa dengan eksistensinya yang tak perlu diragukan lagi, namun dibutuhkan konsistensi dan ikhtiar berkelanjutan, sehingga lembaga Perguruan Tinggi ini bisa mengambil peran strategis serta benar-benar mampu menajadi agen perubahan di tengah bangsa dan umat manusia.

Namun demikian, STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa harus juga menyadari, bahwa keberadaan dengan segenap daya terus berusaha memajukan diri, tentu tak luput dari dinamika perubahan. Keberadaan lembaga ini akan ‘survive’ bilamana mampu bertumpu pada segenap perubahan itu sendiri. “Jika tidak, maka lambat atau cepat lembaga ini akan tertinggal dan ditinggalkan,” kata Syamsul Rijal di hadapan seribuan hadirin.

Sebelumnya Ketua STAIN, Dr. Zulkarnaini menukaskan, prosesi wisuda adalah sebuah ritual keilmuan untuk mengukuhkan—meresmikan keberadaan seseorang yang telah memeroleh ijazah di Perguruan Tinggi setelah limit waktu yang ada menyelesaikan tugas belajar. “Mereka yang telah diwisuda berarti telah diijazahkan atau telah mendapatkan peunutoh dalam bahasa Aceh sebagai seorang sarjana atau ulama’ dalam bahasa Arab atau scholar dalam bahasa Inggris,” cetusnya seraya berharap, hendaknya para lulusan ini dapat mengaplikasikan ilmunya, sehingga bermanfaat dan bermakna bagi kehidupan dunia dan akhirat kelak. Bravo!

Copyright@www.secepat-speedy.blogspot.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog



Diberdayakan oleh Blogger.